Tuesday, November 8, 2011

Dampak Penggunaan Artis Iklan Dalam Etika Bisnis


Dalam dunia bisnis, persaingan terjadi semakin ketat dan iklan merupakan salah satu strategi pemasaran produk, baik barang maupun jasa, yang paling penting dan handal. Sedang Iklan adalah sebuah kata yang sudah sangat kita kenal sehari-hari. Kita banyak mengenal iklan dari berbagai media, yaitu televisi, radio, media cetak dan sebagainya. Banyak pihak menggunakan iklan untuk memporosikan usaha masing-masing untuk dapat menghasilkan profit yang maksimal.


Namun, jika kita mencoba melihat dari media yang berbeda, maka ada media baru di mana kita bisa menerapkan iklan. Media tersebut adalah internet dan termasuk dalam bidang usaha electronic commerce karena mengambil keuntungan dengan cara menjalankan bisnis secara online. Kehadiran iklan sebenarnya sebagai alat untuk menjembatani produsen dengan konsumen, atau penjual dengan pembeli. Dengan kata lain, semua iklan adalah sumber informasi. Iklan memiliki bobot kepentingan yang berbeda, ketika pengusaha berusaha menampilkan produk semenarik mungkin dan pembeli menginginkan produk seperti yang digambarkan melalui iklan. Dewasa ini secara tidak disadari kemasan iklan telah diwarnai oleh semacam "krisis kebebasan" yang lebih banyak menampilkan apa yang berbau seks atau porno, dengan alasan agar menarik pemirsa atau pendengar. Iklan telah berubah menjadi suatu bungkus yang sangat misterius dan menggiurkan, sehingga tidak jarang pembeli terkecoh oleh keindahan bungkus iklan. Sejauh manakah "kebebasan" secara etis harus dicermati oleh pelaku bisnis agar tidak kehilangan makna fungsi iklan sebagai alat promosi yang efektif. Dengan demikian pelaku bisnis dapat mempertanggungjawabkan secara etis dan moral, serta menguntungkan bagi semua orang.

Baru-baru ini PT XL Axiaat Tbk (XL) mempromosikan produknya dengan mengangkat Tukul arwana sebagai artisnya dimana diiklan tersebut sangat kental dengan leluconnya  yakni  "Ndeso" ukan Hanya Orang Dewasa aja yang Hafal Kalimat ini… Mau Kerja aman…??? Lihat Internet…, Nggak Tau Internet ya…??? Ndeso…!!! sama yang ini : “Yang Punya Rumah ini, Artis…!!! Mukamu ndeso…!!!” heheheehe… . bahkan anak kecil yang masih berumur 9 tahun pun hafal sekali dengan ungkapan “NdeSo” ini.
Akhir akhir ini, Iklan xl tukul tersebut mulai ramai diperbincangkan. ada yang bilang iklan xl tersebut kontra produktif dan menyinggung serta melukai perasaan orang desa (wong ndeso). tapi sebagian masyarakat menilai iklan tersebut sangat menghibur dan inovatif. (mudah di ingat dan dihafal)
Dari sejak jaman dulu, yang namanya Kontroversi pasti terjadi, Pro dan Kontra di dunia pasti selalu ada. Menghujat dan mendukung menjadi hal yang bukan luar biasa. Bahkan di Facebook saat ini sudah ada beberapa Grup yang menentang dan kontra dengan Iklan xl tukul ndeso ini, salah satu diantaranya adalah “Hentikan Pelecehan Desa oleh XL dan Tukul on Facebook”
Menanggapi Hal ini Pihak XL sendiri telah mengeluarkan Surat Balasan / Jawaban atas Permohonan Penghentian Iklan tukul, yang pernah dilayangkan oleh Pengurus Pusat Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara (PP-RPDN)
dan ini adalah Jawaban / tanggapan dari XL terkait Iklan Kontroversi ini :

Jakarta, 14 Oktober 2011
Kepada Yth,
Bpk. Suryokoco Suryoputro
Pengurus Pusat Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara (PP-RPDN)
Perihal: Penjelasan XL mengenai iklan “Super Ampuh 24 Jam” versi Tukul
Dengan Hormat,
Kami dari PT XL Axiata Tbk (XL) mengucapkan terima kasih atas perhatian dari Pengurus Pusat RPDN terhadap iklan “Super Ampuh 24 Jam” versi Tukul. Kami juga mohon maaf jika iklan tersebut tidak berkenan bagi bapak dan ibu sekalian.
Terkait dengan keberatan pengurus RPDN atas iklan tersebut, XL sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan harkat dan martabat masyarakat pedesaan atau pihak manapun. Dalam memproduksi iklan, XL juga selalu menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, serta juga mematuhi peraturan terkait.
Dapat kami jelaskan, melalui iklan tersebut justru kami ingin mengajak semua kalangan masyarakat, termasuk kalangan menengah ke bawah untuk tidak ragu lagi memanfaatkan layanan internet untuk mendukung berbagai aktivitas serta meningkatkan produktivitas.
Atas pertimbangan tersebut kami memakai karakter komedian Thukul Arwana dengan penampilan dan ucapan khas “ndeso” yang sering dia lontarkan di acara televisi yang dipandunya. Karakter Thukul juga kami pakai atas pertimbangan sebagai seseorang yang meraih kesuksesan sebagai hasil dari kerja keras dan keinginan kuat untuk maju dan belajar.
Karena itu, selain untuk tujuan marketing dan menghibur, kami berharap iklan ini juga sekaligus mampu menginspirasi masyarakat.
Demikian penjelasan dari kami, semoga mampu memperjelas maksud kami membuat iklan seperti yang dimaksud. Atas perhatiannnya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
Febriati Nadira
Head of Corporate Communication
PT XL Axiaat Tbk (XL)
dengan tidak mengurangi nilai kesopanan dalam etika menulis, Silahkan bukti tulisan diatas di wall salah satu jejaring sosial Lihat disini…!!!

Masalah etika iklan, termasuk etika profesi bisnis, perlu dipelajari secara hati-hati. Kesimpulan dan pemecahan yang diambil tidak mudah diterima oleh produsen dan konsumen. Produsen merasa berada dalam suatu arena persaingan yang menuntut kejelian, kepandaian dan keuletan untuk merebut simpati sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. Tetapi jika keuntungan menjadi satu-satunya motif utama tanpa memperhatikan etika sosial dan moral, maka produsen akan terjebak dalam arena promosi yang buta dengan mengandalkan segala cara. Sedangkan konsumen menghendaki kepuasan terhadap nilai guna yang sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkannya.

1. Kebebasan: Mendidik atau Menyesatkan?
Apakah kebebasan iklan itu mendidik atau menyesatkan? Kebebasan produsen dan konsumen untuk memilih dan membeli produk adalah hak pribadi, sehingga keputusan terakhir terletak pada konsumen untuk membelinya, bukan pada produsen. Salah satu makna etis yang harus diperhatikan adalah pendidikan; artinya, iklan seharusnya tidak memaksakan tetapi menuntun konsumen untuk memilih. Data dan gambar dikemas dengan jujur dan sopan, maka konsumen akan merasa dituntun untuk menentukan pilihan yang wajar. Jika konsumen telah memutuskan pilihannya secara wajar dan jujur, maka tidak ada pihak yang dipersalahkan.
Robert T. de George menuliskan, "Tanpa membuat pernyataan palsu apapun, sebuah iklan dapat menyesatkan atau memperdaya. Sebuah iklan yang menyesatkan adalah iklan yang bukannya memberi atau membuat pernyataan yang palsu, melainkan membuat pernyataan yang sedemikian rupa sehingga orang yang normal sekalipun, atau paling tidak kebanyakan orang, yang membacanya secara cepat dan tanpa memperhatikannya dengan saksama dan banyak pikir, akan membuat kesimpulan yang salah."1432
Dalam kasus ini walaupun iklan sebagai alat promosi adalah netral, tetapi jika disampaikan dengan cara yang berlebihan akan menimbulkan kesimpulan yang keliru dan fatal. Oleh karena itu iklan seharusnya mengevaluasi "kebebasannya" sehingga keaslian barang, alat promosi, dan biaya promosi dapat mencapai keseimbangan. Keseimbangan akan menuntun konsumen agar tidak salah menafsirkan pesan iklan.

2. Sikap Egoisme
Sikap egoisme adalah dorongan yang mementingkan diri sendiri. Di sini kita dapat membedakan dalam dua bentuk sikap egoisme yaitu egoisme etis dan egoisme psikologis.1433 Sifat egoisme merupakan tantangan besar bagi kekristenan, bukan hanya secara etika dan moral tetapi merupakan tantangan iman Kristen dalam membentuk karakter dan sikap hati yang benar dan jujur dihadapan manusia dan Tuhan.
Produsen yang menampilkan iklan secara berlebihan dan hanya mementingkan estetika seni, daya tarik yang erotis dan berbau seksual - agar mudah diingat dan dilihat - telah melakukan tindakan "penipuan" atau tindakan tidak jujur. Padahal konsumen mudah terperdaya menafsirkan iklan sehingga keliru mengambil kesimpulan. Kekeliruan yang fatal menimbulkan efek kerugian moral, kepercayaan maupun finansial. Dalam kasus ini siapakah yang akan dituntut? Konsumen biasanya adalah pihak yang paling dirugikan.1434 Penipuan dan ketidakjujuran jelas bertentangan dengan moral dan iman Kristen.
Dalam hal ini produsen perlu membedakan antara "kebebasan sosial" dan "kebebasan insan rohani" Kristen. Kebebasan sosial berarti kebebasan untuk memilih kebutuhan dan keinginan. Sedangkan kebebasan secara rohani menyangkut kesadaran moral dan rasional untuk mempertimbangkan segala sesuatu tidak hanya sisi baik dan buruk. Dengan memadukan kedua kebebasan di atas dalam batas-batas tertentu, iklan masih memiliki sisi kebaikan secara moral yang dapat menumbuhkan sikap konsumen dalam kebebasan menafsir dan menentukan pilihan.

sumber:
-http://www.docstoc.com/docs/25972191/ETIKA-BISNIS
-http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=900&res=jpz
-http://blog.ub.ac.id
-http://yudhie78.blogdetik.com/2011/10/24/iklan-xl-tukul-ndeso-dikecam-menghibur-masyarakat-atau-pelecehan-terhadap-orang-desa-sih/

No comments:

Post a Comment

Followers